Kamis, 14 April 2011

Nasi Jagal

Lagi-lagi, ini tulisan pas gue magang. Berita semi featur, jadi gak gitu "basi".

========================================================================


Makanan unik dengan rasa yang sedap ini cukup terkenal dikalangan warga Tangerang. Nasi Jagal, begitulah orang-orang menyebut makanan ini. Nama ini diambil dari lokasi tempat penjualannya, yaitu di depan tempat penjagalan hewan milik Dinas Pertamanan Tangerang di kawasan Bayur, Tangerang, dekat pintu air 10 Tangerang.

Nasi jagal cukup dikenal di kalangan anak muda di Tangerang. Namun, tidak hanya anak muda saja penikmatnya, kalangan pekerja dan karyawan pun banyak yang datang menyambangi warung penjualnya. Bahkan orang berduit pun rela antri hanya untuk mendapat seporsi nasi jagal ini, meski makan di dalam kendaraannya atau pun membawanya pulang.

Bu Haji Sum, begitulah panggilannya, salah satu pemilik warung makan nasi jagal disana. Ia sudah berjualan nasi jagal selama 20 tahun. Pada awalnya ia membuka usahanya ini di daerah Sewan, Tangerang. Kemudian beberapa waktu yang lalu, ia pindah ke daerah Bayur, dan melanjutkan usahanya di warung yang disewakan oleh Dinas Pertamanan.

Untuk membuat nasi jagal ini, ia menghabiskan sekitar 30 kilo hingga 40 kilo daging kepala sapi yang dicampur dengan rawon dada (lamuran) dalam sehari. Daging dan rawonan ini biasa ia dapatkan langsung dari tempat penjagalan ini. Jadi, dijamin daging yang digunakan masih segar.

Menu nasi jagal ini terdiri dari, nasi putih, daging sapi (daging kepala dan rawonan yang dicampur), sambal yang pedas, dan bawang goreng. Awalnya, daging dan rawonan itu dipotong kecil-kecil dan dimasak hingga empuk, lalu minyaknya di saring dan ditampung untuk dijual. Setelah itu, daging dimasak lagi dengan campuran bumbu-bumbu ditambah saus cabai dan kecap.

Uniknya, tampilannya serupa dengan semur daging biasa. Tapi ini bukan semur meskipun warnanya agak kecoklatan dan rasanya sedikit manis. Selain itu, dagingnya pun terasa gurih. Nasi jagal dihidangkan dengan taburan bawang diatasnya dan dengan sambal pedas yang rasanya cocok dengan nasi jagal itu sendiri. Aromanya sendiri seperti aroma nasi uduk.

“Disini nasi jagalnya enak sih, harganya pas dikantong anak muda seperti kita. Apalagi suasana di sekitar warung enak banget buat nongkrong sambil makan sama teman” cerita Mae, salah satu pelanggan setia Nasi Jagal. Sayang, bau yang kurang sedap yang berasal dari tempat penjagalan hewan yang ada di samping warung cukup terasa menyengat. Namun hal itu tidak mengurangi minat pembeli untuk makan dan sekedar nonkrong disana.

Selain menjual nasi jagal ini, Bu Haji Sum juga menawarkan nasi goreng dan beberapa snack ringan untuk teman makan Nasi Jagal maupun nasi goreng. Harga seporsinya tidak mahal. Hanya lima ribu rupiah saja. Tentu saja, harga akan sedikit lebih mahal jika anda juga membeli snack ringan. Ia mengaku dalam sehari ia mendapat omset sekitar satu juta rupiah. “Nggak tentu juga sih, kalau lagi rame ya rame, kalo lagi sepi ya sepi” ujarnya sambil tersenyum.

Warung nasi jagal ini buka 24 jam. Biasanya, ketika siang hari Bu Haji Sum lah yang menjaga dan melayani pembeli. Ketika malam, ia bergantian jaga dengan adiknya. Meski ada empat warung lagi yang juga menjual nasi jagal yang berada sederet dengan warungnya, Bu Haji Sum tidak merasa tersaingi. 

Meski warungnya kini laris manis menjual Nasi Jagal, Bu Haji Sum tidak berniat untuk membuka cabang usahanya. Ia mengaku kurang tidak laku karena respon masyarakat yang berbeda jika ia membuka cabang lagi. Menurutnya, saat ini sudah cukup, meski warung yang ia tempati pun warung sewaan. (ikki)

Selasa, 12 April 2011

Hari Lupus Sedunia, Mengenal Penyakit Seribu Wajah

Ini sebenernya tulisan pas gue magang di salah satu harian di Jakarta.
Udah pernah juga gue aplot di FB -sempet ditaro di blog yang di wordpress juga, tapi dipindah-, tapi gue pengin nyebarin lagi. Bukan bermaksud nakut-nakutin, tapi sekedar berbagi informasi.

========================================================================
<strong>Hari Lupus Sedunia, Mengenal Penyakit Seribu Wajah</strong>

<strong>Menteng – Jakarta</strong>, Banyak orang tidak mengetahui apa itu penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE) atau Lupus sehingga cukup banyak orang beranggapan lupus merupakan penyakit langka dan jumlah pasiennya sedikit. Kenyataannya, pasien lupus semakin meningkat tiap tahunnya. Lupus sama bahayanya dengan kanker, jantung, maupun AIDS yang dapat mengancam jiwa bahkan kematian pasien jika tidak segera ditangani.

Lupus juga dikenal dengan sebutan penyakit seribu wajah atau si peniru ulung. Hal ini disebabkan gejala awal yang dialami oleh setiap pasien (setiap kasus lupus) berbeda-beda dan hingga saat ini belum diketahui penyebab pastinya. Keterlibatan genetik, hormon, dan faktor lingkungan diduga sebagai faktor penyebab lupus. Secara medis, lupus adalah penyakit autoimun (sistem kekebalan tubuh) yang diproduksi secara berlebihan dan merusak organ tubuh sendiri. Lupus bukanlah penyakit menular dan menurun.

Prof. Zubairi Djoerban, Sp PD KHOM, Seorang ahli hematologi onkologi medik dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo, Jakarta, menjelaskan “Jika dalam kondisi normal, sistem kekebalan tubuh berperan untuk melindungi tubuh kita dari virus, bakteri, dan ancaman luar lainnya. Pada kasus lupus, sistem tersebut tidak dapat membedakan ancaman dari luar dan jaringan sel itu sendiri sehingga sistem kekebalan tubuh tersebut justru membuat antibodi yang menyerang sel sehat pada tubuh penderita (Odapus)”.

Menurut Prof. Zubairi, organ tubuh yang sering terkena adalah ginjal, jantung, paru-paru, otak, darah, dan kulit. Sedangkan gejala yang sering dijumpai adalah sakit pada sendi, demam, sendi bengkak, lelah berkepanjangan, ruam pada kulit, anemia, dan gangguan ginjal. Sejumlah gejala lain adalah sakit di dada saat tarik napas dalam, ruam bentuk kupu-kupu melintang pada pipi dan hidung, sensitif pada matahari atau sinar, rambut rontok, jari jadi putih atau biru saat dingin, stroke, dan sariawan.

Sampai saat ini, jumlah odapus yang terdaftar di Yayasan Lupus Indonesia (YLI) mencapai 10.133 odapus (per mei awal) dan terus bertambah setiap tahunnya, terutama karena kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penyakit berbahaya ini yang kebanyakan menyerang kaum perempuan diusia produktif. Selain itu, pemerintah belum memberikan perhatian khusus terhadap odapus layaknya ODHA (Orang Dengan AIDS) dan masih belum adanya obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini secara total.

<strong>Hari Lupus Sedunia</strong>
Acara yang bertemakan “Hari Lupus Sedunia : Tak Ada Yang Tak Mungkin, Jika Ada Kemauan Keras” ini, sengaja diadakan oleh Yayasan Lupus Indonesia untuk memberikan motivasi kepada odapus untuk menyambut masa depan dengan penuh harapan di Hari Lupus Sedunia yang jatuh setiap tanggal 10 Mei.

“Biasanya kami (YLI) mengadakannya tepat pada tanggal 10 Mei. Tapi, beberapa teman-teman odapus minta acaranya dimajukan tanggal 8 mei yang kebetulan jatuh pada hari Sabtu. Alasannya karena mereka takut tidak bisa hadir di acara ini. Soalnya tanggal 10 Mei tahun ini jatuh di hari Senin, bertepatan dengan waktu-waktu kerja”, ujar Tiara Savitri, Ketua Yayasan Lupus Indonesia pada Pelita.

Bertempat di Rumah Kaca, Taman Menteng Jakarta, sore itu juga diadakan peluncuran novel karya Demian Dematra yang terinspirasi dari salah seorang odapus, Tiara Savitri yang juga Ketua YLI itu sendiri.

Selain itu, YLI juga mengadakan Malam Lilin yang diisi dengan berbagai atraksi persembahan odapus, sahabat dan keluarg aodapus, perjalanan Yayasan Lupus Indonesia, doa lintas agama, Road to Vancouver, dan pemutaran trailer film Tuhan Jangan Pisahkan Kami karya sutradara Demien Dematra yang juga terinspirasi dari kisah seorang odapus.

Road to Vancouver merupakan acara yang mempresentasikan Tiara Savitri yang terpilih ke dalam group of Winners of The International Lifetime Achievment Award in The Control of SLE yang akan menerima penghargaan Poltach yang akan dipresentasikan pada 9th International Congress of Systemic Lupus Erythematosus pada tanggal 22-28 Juni 2010 mendatang di Vancouver, Kanada.

<strong>Tidak Mudah</strong>
“Mendiagnosisnya sangat sulit, dokter harus mempelajari secara bertahap riwayat kesehatan pasien, mengadakan pemeriksaan laboratorium, dan beberapa kali pemeriksaan yang berhubungan dengan status kekebalannya. Karena itu, lupus juga disebut sebagai penyakit seribu wajah. Kita harus mencari sebelas kriteria atau gejalaawalnya, kalau ketemu empat gejala positif, baru bisa dibilang lupus”, kata Prof. Zubairi.

Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang membuat penyakit lupus benar-benar hilang dari tubuh penderita. Selain itu, obat yang harus ditanggung odapus tidaklah murah. Terlebih jika odapus sudah mengalami komplikasi penyakit yang  semakin melemahkan kondisi tubuh ketika lupus kambuh, salah satunya seperti gangguan ginjal berupa kebocoran ginjal.

Tiara mengharapkan adanya perhatian dari pemerintah terhadap odapus baik dari segi obat maupun pelayanan rumah sakit hingga dokter yang menanganii odapus itu sendiri. (ikki)

<strong>Gejala awal yang dialami saat lupus mulai bersemayam dalam tubuh:</strong>
1. Sakit pada sendi / tulang
2. Demam berkepanjangan / panas tinggi bukan karena infeksi
3. Sering merasa cepat lelah, kelemahan berkepanjangan
4. Ruam pada kulit
5. Anemia (kurang darah)
6. Gangguan ginjal (kebocoran ginjal, protein banyak terbuang melalui urin)
7. Sakit di dada bila menghirup nafas dalam
8. Bercak merah pada wajah yang berbentuk seperti kupu-kupu (butterfly rash)
9. Sensitif terhadap sinar matahari
10. Rambut rontok
11. Ujung jari berwarna kebiruan / pucat
12. Stroke
13. Penurunan berat badan
14. Sakit kepala
15. Kejang
16. Sariawan yang hilang timbul
17. Keguguran

Apabila 4 dari gejala tersebut terdapat pada anda, maka periksalah, anda mungkin menderita penyakit Lupus.

<strong>Sehat Bersama Lupus</strong>
Kata ‘sembuh’ memang tidak ada dalam kamus para penderita lupus. Namun, penyakit ini tetap bisa dikendalikan.
Beberapa hal yang dpat dilakukan antara lain:
1. Kontrol berkala ke dokter
2. Minum obat teratur yang diberikan oleh dokter
3. Membiasakan gaya hidup sehat, mulai dari tubuh, pikiran dan jiwa. Selalu berfikiran positif dan melakukan manajemen stress
4. Nutrisi yang seimbang
5. Cukup olahraga dan istitahat
6. Cegah kelelahan yang berlebihan
7. Menghindari rokok dan matahari
8. Hindari situasi atau keadaan yang membuat stress
9. Dukungan psiko-sosial dari lingkungan dan pendidikan yang bersifat positif dan realistis juga merupakan salah satu kunci sukses pengobatan.

TRADISI TAKIRAN di BULAN RAMADHAN

Re:post. Yeah. Ini sebenernya postingan ulang dari blog gue yang luamaaaaaa gak dibuka dan imelnya udah lama "wafat"...
========================================================================
Ini gue tulis cuma buat latian nulis berita aja, tapi ini fakta sih... Setiap mudik, gue pasti ngikutin ni acara, udah rame, seru, jadi banyak kenalan, apalagi ada makanan gratisan,,, hohoho,,, gue tak nolak...
Nah, nyang mo tau, baca aja... Ni hasil wawancara boku via telepon ke sodara+tetangga boku di sana...
========================================================================

TRADISI TAKIRAN di BULAN RAMADHAN
Bulan Ramadhan memang bulan yang penuh berkah. Segenap umat muslim di seluruh dunia memanfaatkannya dengan meningkatkan ibadah dan menambah pahala serta ridho-Nya. Dengan berbagai cara, mereka mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT. Salah satunya dengan acara berzikir bersama-sama, menyantuni anak yatim dan fakir miskin, bersedekah, dan lain sebagainya.

Ada yang sedikit berbeda dan unik dari ungkapan rasa syukur di bulan Ramadhan ini. Khususnya bagi warga desa Karang Kemiri, kecamatan Kemangkon, kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Mereka mengadakan acara takiran yang digelar selepas shalat Tarawih di masjid Baabur Rahman. Biasanya, takiran ini diadakan setelah tanggal 17 Ramadhan hingga menjelang hari raya Iedul Fitri.

Takiran yang dimaksud adalah acara makan bersama-sama. Biasanya, hidangannya berupa nasi, ayam goreng, tempe dan tahu goreng, kripik rempeyek udang, rempeyek kedelai hitam, sayur urab yang kemudian dibungkus dengan wadah daun pisang. Sebelum dihidangkan, nasinya ditempatkan di beberapa bakul nasi, sedangkan lauk pauknya di tempatkan di tampah yang dilapisi daun pisang.

Sebelum zikir selepas shalat tarawih selesai, beberapa orang ibu-ibu mempersiapkan dan menata hidangan takiran tersebut di teras dalam masjid yang diubah menjadi tempat makan lesehan, sementara warga yang lainnya masih meneruskan zikir mereka. Mereka membiarkan para warga memilih makanan sesuai selera, baik dari lauk hingga banyak makanannya. Tentu saja, asal muat diperut.

Menurut Rina (22), sejak ia masih kecil, acara takiran ini sudah diadakan. Hanya saja, dahulu dimulai sejak bulan Ruwah atau ketika awal Ramadhan. “Dari dulu memang sudah sering diadain, tapi tetep aja rame. Apalagi anak-anak kecil, sering ada yang ngadu banyak-banyakkan ngambil makanannya”, ujarnya.

Tradisi ini sudah dilakukan sejak turun temurun. Namun, dulu diadakan setiap tanggal ganjil sejak bulan Ruwah. " Sekarang mah cuma pas Ramadhan aja. Tapi, Alhamdulillah, masih banyak yang menyumbang makanan dan yang ikut juga masih banyak, walau tak sebanyak dulu." ujar Rastinah (48)
========================================================================

Karena ini postingan ulang, cuma pindah tempat aja, jadi harap maklum kalo postingannya juga gak di bulan Ramadhan. Ahahahay...

Cuap-cuap si AnaKucing

Yosha!! Irasshaimase ni boku no atarashii BLOG.

Sebenernya ini blog ada secara gak sengaja. Pas gue lagi bikin blog baru di Blogspot malah jadi ada alamat baru dah. Yasud, daripada diapus, sayang -baca: males-, mending gue acak-acak aja dah.
Soal isi blognya, gampang deh.
Ahahaha.
Yang jelas pasti unik kayak gue. *pedemode:on*

Udah deh, mending ngebacotnya ntar lagi sekalian ngacak-ngacak ni blog. Hehehe...