Selasa, 12 April 2011

TRADISI TAKIRAN di BULAN RAMADHAN

Re:post. Yeah. Ini sebenernya postingan ulang dari blog gue yang luamaaaaaa gak dibuka dan imelnya udah lama "wafat"...
========================================================================
Ini gue tulis cuma buat latian nulis berita aja, tapi ini fakta sih... Setiap mudik, gue pasti ngikutin ni acara, udah rame, seru, jadi banyak kenalan, apalagi ada makanan gratisan,,, hohoho,,, gue tak nolak...
Nah, nyang mo tau, baca aja... Ni hasil wawancara boku via telepon ke sodara+tetangga boku di sana...
========================================================================

TRADISI TAKIRAN di BULAN RAMADHAN
Bulan Ramadhan memang bulan yang penuh berkah. Segenap umat muslim di seluruh dunia memanfaatkannya dengan meningkatkan ibadah dan menambah pahala serta ridho-Nya. Dengan berbagai cara, mereka mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT. Salah satunya dengan acara berzikir bersama-sama, menyantuni anak yatim dan fakir miskin, bersedekah, dan lain sebagainya.

Ada yang sedikit berbeda dan unik dari ungkapan rasa syukur di bulan Ramadhan ini. Khususnya bagi warga desa Karang Kemiri, kecamatan Kemangkon, kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Mereka mengadakan acara takiran yang digelar selepas shalat Tarawih di masjid Baabur Rahman. Biasanya, takiran ini diadakan setelah tanggal 17 Ramadhan hingga menjelang hari raya Iedul Fitri.

Takiran yang dimaksud adalah acara makan bersama-sama. Biasanya, hidangannya berupa nasi, ayam goreng, tempe dan tahu goreng, kripik rempeyek udang, rempeyek kedelai hitam, sayur urab yang kemudian dibungkus dengan wadah daun pisang. Sebelum dihidangkan, nasinya ditempatkan di beberapa bakul nasi, sedangkan lauk pauknya di tempatkan di tampah yang dilapisi daun pisang.

Sebelum zikir selepas shalat tarawih selesai, beberapa orang ibu-ibu mempersiapkan dan menata hidangan takiran tersebut di teras dalam masjid yang diubah menjadi tempat makan lesehan, sementara warga yang lainnya masih meneruskan zikir mereka. Mereka membiarkan para warga memilih makanan sesuai selera, baik dari lauk hingga banyak makanannya. Tentu saja, asal muat diperut.

Menurut Rina (22), sejak ia masih kecil, acara takiran ini sudah diadakan. Hanya saja, dahulu dimulai sejak bulan Ruwah atau ketika awal Ramadhan. “Dari dulu memang sudah sering diadain, tapi tetep aja rame. Apalagi anak-anak kecil, sering ada yang ngadu banyak-banyakkan ngambil makanannya”, ujarnya.

Tradisi ini sudah dilakukan sejak turun temurun. Namun, dulu diadakan setiap tanggal ganjil sejak bulan Ruwah. " Sekarang mah cuma pas Ramadhan aja. Tapi, Alhamdulillah, masih banyak yang menyumbang makanan dan yang ikut juga masih banyak, walau tak sebanyak dulu." ujar Rastinah (48)
========================================================================

Karena ini postingan ulang, cuma pindah tempat aja, jadi harap maklum kalo postingannya juga gak di bulan Ramadhan. Ahahahay...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar